Berakhir Semuanya

Berakhir Semuanya - Tanpa ada harapan yang pasti tetapi keberadaan sudah habis terkikis oleh waktu dan kesia-siaan yang didapat tanpa adanya penyesalan dalam kehidupan ini, keinginan yang melalaikan akan semua kewajiban sebagai insan tapi tidak pernah mau mengerti dan  mencari tahu bagai mana caranya untuk menjalani hidup ini sehingga esok kan bisa lebih baik lagi.

Lagit yang dulu cerah berganti awan gelap gulita..
Udara yang dulu sejuk kini berganti sangat menusuk kulit dan jiwa..
Kicauan burung yang dulu merdu kini pergi entah kemana..
Gambaran keluarga yang ada di dinding kamar hanya teringat di bayang-bayang semata..



Tangis di sana sini semua ada..
Teriakan keluar begitu saja..
Kemana bumi mambawa tubuh ini berada..?
Kemana mereka semua para sahabatku yang setia..?
Terdiam di pembaringan alam bahaka..?
Yah itulah yang akan aku alami suatu hari nanti saatnya tiba...
Kau juga akan merasakannya wahai Teman semuanya..

Di ufuk barat matahari tenggelam indah..
Di ufuk timur akan kembali terbenam mempesona..
Dulu ku dilahirkan ke bumi tercinta..
Dan suatu saat nanti ku akan kembali ke bumi yang fana..


Senyum akan hilang berganti air mata..
Tawa akan lenyap diiringi tangisan para manusia..
Akan kemana akhir perjalanan ini semuanya..?
Hanya dia sang pencipta yang tau jawabnya..
Beristirahat dan tenang dialam bahaka sana..?
Beristirahat adalah kata terbaik memaknai kejadian ini semua..
Dan mati adalah kata yang menakutkan untuk menjelaskannya..

Mati diam dan sunyi...
Sadarkan diri suatu saat nanti...
Mati,mati,mati ...mati dan mati....
Pantaskah kita melupakan semuanya ini..????

Baca juga Cerita Humor
Read more

Cerita Humor

Cerita Humor - Kebanyakan orang salah anggapan dengan kata-kata yang begitu singkat tetapi semua kata mengandung makna baik secara langsung tertuju dapa yang diinginkan ataupun juga secara tidak langsung mengandung humorn tersendiri sehingga orang yang menyimaknya akan tertawa ,berikut ini ada kisah lucu dari percakapan murid dengan gurunya.

"PETINJU"

Cerita humor lucu ini dimulai ketika hari pertama masuk setelah libur panjang.
Ketika pelajaran dimulai,terjadi dialog antar ibu guru dan muridnya

Guru : Anak anak,gimana perasaan kalian saat ini?
Murid :senang bu!
Guru: pertama2 ibu akan menanyakan kata2 bijak apa yg sering dikatakan bapamu?


Murid 1:Hidup ini harus kita "LANJUTKAN"!
Guru: oooh,bapak kamu pasti anggota partai demokrat ya?
Murid 1: betul bu
Guru: oh pantes,sekarang kamu!
Murid 2: kata bapak saya hidup ini harus kuat seperti "BANTENG"!
Guru: ohhh ,pasti bapak kamu anggota partai PDIP
Murid 2: betul bu.
Guru: pantes,sekarang lanjutkan lagi
Murid 3: kata bapa saya "Lebih Baik Memberi Daripada Diberi"
Guru:wow,itu baru betul,bapak kamu pasti ustat/pendeta atau semacamnya ya?
Murid 3: bukan bu
Guru: ooh,pasti bapak kamu seorang yg taat ibadahnya kan?
Murid 3: bukan bu
Guru : pasti bapak kamu org yg baik dan suka bersosialisasi ya?
Murid 3:bukan juga bu
Guru (kesal!) :terus apa dong!
Murid 3: petinju bu

Read more

Tiga Kunci Ibadah

Tiga Kunci Ibadah - Sesungguhnya berdzikir dan mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta'ala dengan perkataan dan berbuatan baik yang Dia cintai, tidak akan diterima di sisi-Nya kecuali jika seorang yang beribadah melaksanakannya dengan memenuhi 3 rukun, yaitu: rasa cinta, takut dan harapan.

Inilah 3 rukun ibadah hati yang mana ibadah apapun... tidak akan diterima oleh Allah kecuali jika terpenuhi ketiga-tiganya. Sehingga Allah subhanahu wa ta'ala diibadahi berdasarkan rasa cinta kepada-Nya, harapan akan pahala-Nya, dan rasa takut terhadap siksa-Nya. Allah subhanahu wa ta'ala telah menggabungkan penyebutan tiga rukun ini di dalam surat Al-Fatihah yang merupakan seutama-utama surat di dalam Al-Qur'an. Maka firman Allah subhanahu wa ta'ala:

الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam” (Al-Fatihah: 2)

Di dalamnya terkandung rasa cinta, karena Allah adalah Dzat yang melimpahkan nikmat, dan Dzat yang melimpahkan nikmat itu dicintai sesuai dengan kadar nikmat yang diberikannya. Dan karena alhamdu maknanya adalah pujian yang disertai rasa cinta kepada yang dipuji.

Sedangkan firman Allah subhanahu wa ta'ala

الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

“Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” (Al-Fatihah: 3)

Di dalamnya terkandung rasa berharap. Seorang mukmin senantiasa mengharap rahmat Allah dan antusias untuk memperolehnya.

Sedangkan firman Allah subhanahu wa ta'ala

مَلِكِ يَوْمِ الدِّينِ

“Yang menguasai hari pembalasan” (Al-Fatihah: 4)

Di dalamnya terkandung rasa takut. Dan yaumid adalah hari perhitungan dan pembalasan (amal perbuatan).

Kemudian Allah subhanahu wa ta'ala berfirman

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan” (Al-Fatihah: 5)

Yakni aku menyembah-Mu wahai Rabbku dengan tiga rukun ibadah hati yang telah lewat itu: berdasarkan rasa cinta kepada-Mu, harapan akan pahala dari-Mu dan rasa takut terhadap siksa-Mu. Maka inilah tiga rukun ibadah yang tegak di atasnya firman Allah subhanahu wa ta'ala

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan” (Al-Fatihah: 5)

Maka firman Allah subhanahu wa ta'ala

إِيَّاكَ نَعْبُدُ

“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah”

Tidaklah tegak kecuali dengan rasa cinta yang telah ditunjukkan oleh firman Allah subhanahu wa ta'ala

الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ


“Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam” (Al-Fatihah: 2)

Dan tegak di atas rasa berharap yang telah ditunjukkan oleh firman Allah subhanahu wa ta'ala

الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

“Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” (Al-Fatihah: 3)

Dan tegak di atas rasa takut yang telah ditunjukkan oleh firman Allah subhanahu wa ta'ala

مَلِكِ يَوْمِ الدِّينِ

“Yang menguasai hari pembalasan” (Al-Fatihah: 4)

Dan Allah subhanahu wa ta'ala telah menggabungkan pula di antara rukun-rukun ini di dalam firman-Nya yang artinya:

“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya, dan takut akan adzab-Nya; sesungguhnya adzab Rabbmu adalah seuatu yang (harus) ditakuti” (Al-Isra' : 57)




Maka sesungguhnya mencari jalan (kepada Allah) adalah dengan mendekatkan diri kepada-Nya dengan mencintai-Nya, melaksanakan apa saja yang dicintainya. Kemudian Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, “Dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan adzab-Nya”, Dia menggabungkanr rasa cinta dan takut serta berharap. Demikian pula dalam firman-Nya yang artinya

“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami” (Al-Anbiyaa': 90)

Oleh karenanya, ketika beribadah dan berdzikir kepada Allah, seorang hamba wajib menggabungkan tiga rukun (ibadah hati) ini, yaitu: rasa cinta, takut dan berharap. Ia tidak boleh beribadah kepada Allah dengan salah satu rukun tanpa yang lainnya, seperti beribadah kepada Allah hanya diiringi dengan rasa berharap saja, atau rasa takut saja. Maka dari itu, sebagian ulama berkata: “Barangsiapa beribadah kepada Allah karena didorong rasa cinta saja, maka ia adalah seorang zindiq. Barangsiapa beribadah kepada Allah karena didorong rasa takut saja, maka ia adalah seorang Haruri (khowarij). Barangsiapa beribadah kepada Allah karena didorong rasa berharap saja, maka ia adalah seorang murjiah. Dan barangsiapa beribadah kepada Allah karena didorong rasa cinta, takut dan berharap maka ia adalah seorang mukmin yang muwahhid (ahli tauhid) (Lihat Majmu' Al-Fatawa karya Ibnu Taimiyah)

Rukun yang paling besar dan agung dari tiga rukun ini adalah rasa cinta, yakni cinta kepada Allah subhanahu wa ta'ala yang merupakan pondasi dasar dan induk (ajaran) agama Islam. Rasa cinta merupakan kedudukan yang mulia, dimana orang-orang yang berlomba-lomba menggapainya. Ia merupakan makanan pokok bagi hati, gizinya ruh, penyejuk mata dan ruhnya iman dan amal. Barangsiapa tidak dapat memperolehnya di dalam kehidupan dunia ini, maka semua kehidupannya adalah kesengsaraan dan kepedihan.

Kemudian disamping adanya rasa cinta, seorang hamba wajib beribadah kepada Allah dengan diriingi rasa takut kepada Rabb-Nya subhanahu wa ta'ala. Jika ia melihat dosa-dosanya dan keadilan Allah serta kerasnya siksa-Nya, ia merasa takut kepada Rabbnya. Dan jika ia melihat karunianya yang bersifat umum dan khusus serta ampunan-Nya yang mencakup (segala dosa), ia berharap kepada-Nya. Jika diberi taufiq untuk melaksanakan ketaatan, ia berharap dari Rabb-Nya kesempurnaan nikmat-Nya dengan menerima ketaatannya dan ia merasa takut ditolak oleh-Nya disebabkan kelalaiannya dalam memenuhi hak-hak-Nya.

Dan jika ia diuji dengan kemaksiatan, ia berharap kepada Rabbnya agar taubatnya diterima dan dihapuskan (dosa) kemaksiatannya serta merasa takut akan disiksa disebabkan lemahnya dorongan taubat dan terjerumus ke dalam perbuatan dosa. Ketika memperoleh kenikmatan dan kesenangan ia berharap kepada Allah agar selalu ada dan bertambah serta dikaruniai taufiq untuk mensyukurinya, dan merasa takut kenikmatan dan kesenangan tersebut dicabut oleh-Nya disebabkan kekurangannya dalam bersyukur kepada-Nya. Ketika mengalami kesulitan dan musibah yang menimpanya, ketika ia menjalankan kewajiban untuk bersabar, dan ia juga merasa takut terkumpulnya dua musibah, yaitu hilangnya pahala yang dicintai dan datangnya perkara yang dibenci bila ia tidak dikaruniai taufiq oleh Allah untuk menjalankan kewajiban bersabar.

Maka seseorang mukmin yang muwahid (ahli tauhid) akan senantiasa merasa takut dan berharap (kepada Allah subhanahu wa ta'ala ) pada setiap keadaan. Dan inilah yang wajib dilakukan (dalam beribadah kepada Allah subhanahu wa ta'ala ), karena ia akan bermanfaat dan mendatangkan kebahagiaan, akan tetapi ada 2 akhlak tercela yang dikhawatirkan menimpa seorang hamba, yaitu rasa takut yang menguasai dirinya sehingga ia merasa putus asa dari rahmat Allah, atau rasa berharap yang berlebihan sehingga ia merasa aman dari tipu daya dan siksaan Allah. Kapan saja seseorang hamba sampai pada keadaan seperti ini, berarti ia telah menyia-nyiakan kewajiban merasa takut dan berharap (kepada Allah subhanahu wa ta'ala ) yang keduanya termasuk prinsip utama agama yang paling agung dan kewajiban yang paling besar.

Sesungguhnya rasa takut yang terpuji dan benar adalah rasa takut yang dapat menghalangi seseorang hamba dari apa-apa yang Allah haramkan. Apabila rasa takut itu berlebihan maka dikhawatirkan ia terjatuh pada sifat putus asa dari rahmat Allah. Sedangkan rasa berharap yang terpuji dan benar adalah rasa berharap yang selalu ada ketika menjalankan ketaatan kepada Allah berdasarkan cahaya (petunjuk) dari Allah. Adapun bila seseorang berlarut-larut dalam kelalaian dan kesalahan dan tenggelam dalam perbuatan dosa dan maksiat, sementara ia mengharap rahmat Allah tanpa beramal (ketaatan), maka yang demikian itu merupakan sikap tertipu, angan-angan dan harapan yang dusta. Oleh karena itu, sebagian ulama salaf berkata “Rasa takut dan berharap ibarat 2 sayap burung, apabila keduanya sejajar, maka burung akan tegak dan terbang dengan sempurna. Akan tetapi apabila salah satu sayapnya kurang, maka burung itu memiliki kekurangan, dan apabila kedua sayapnya hilang, maka burung itu akan berada di ambang kematian”

Demikianlah, dan aku memohon kepada Allah yang Maha Mulia agar memberikan taufiq-Nya kepada kita semua untuk dapat mewujudkan kedudukan-kedudukan yang agung ini, yakni rasa cinta, takut dan berharap. Dan aku memohon kepada-Nya agar menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang beribadah kepada Allah karena dorongan rasa cinta, berharap pahala, dan takut terhadap siksa-Nya, dan agar Dia menolong kita untuk dapat menyempurnakan itu semua dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar segala doa, dan hanya kepada-Nya kami berharap, dan cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung

Baca juga Pesona Asmara
Read more

Pesona Asmara

Pesona Asmara - Tak seorang pun mampu untuk membendung akan hasrat rasa suka pada seseorang. Namun, semuanya tergantung dari usaha yang diberikan pada kepada yang dituju. Sehingga bukan terpanah akan pesonanya saja, tetapi bagaimana cara mewujudkan impiannya dan diperlukan kesabaran agar bisa mewujudkan secara nyata.

Paras yang imut sangat mempesona
Ingin sekali rasanya aku berkenalan dengan nya
Saat aku terdiam betapa indahnya namanya
Cahaya putih selalu memancar dari wajahnya
Alangkah bahagianya hati ku, bila bisa bersamanya




Fenomenal menyibak seribu rahasia
Memang benar kata teman-teman, engkau sempurna
Baru pertama aku berjumpa, sungguh ku tak percaya
Rasa hati ini berdebar ketika berada disampingnya
Inikah yang dinamakan hati terkena panah asmara??

Andai kata waktu bisa ku ubah,,,
Namun apakah mungkin semuanya bisa untukku semata,,?
Tuhan memang maha adil dan maha bijaksana
Inilah ungkapan hatiku yang sedang terpesona oleh asmara

Baca juga Keutamaan Membaca Al-qur'an
Read more

Keutamaan Membaca Al-qur'an

Keutamaan Membaca Al-qur'an - Seorang muslim hendaknya mengetahui sedikit banyak tentang kandungan kitab suci Al-qur'an agar menjadi pedoman dalam hidupnya sehinggga dapatkan kemudahan diwaktu melalui rintangan yang berada pada kehidupan, lebih-lebihnya dikehidupan keseharian suaya dapat memilah dan memilih mana yang semestinya dilakukan dan mana yang harus dihindarkan. 

Banyak hal yang menyebutkan fadilah-fadilah membaca Al-qur'an, rahasia tentang Al-quran sebagai wahyu ilahi kepada Nabi Muhammad SAW, dan yang sekarang ini adalah keutamaan dan perbedaan tentang seorang muslim ketika sedang membaca Al-qur'an.




Adapun hadist yang berasal dari Abi Musa Al-asy'ary Shohabat Rosullullah SAW;

عَنْ أَبِى مُوسَى الا شْعَرِىِّ قَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم
مَثَلُ الْمُؤمِنِ الَّذِى لا يَقْرَءُ الْقُرآنَ مَثَلُ الاتْرُجَّةِ رِيْحُهَا طَيِّبٌ
......وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ وَمَثَلُ الْمُؤمِنِ الَذِى لا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ التَّمْرَةِ
لا رِيحَ لَهَا وَطَعْمَهَا حُلْوٌ
وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى يَقْرَأُ القُرْآنَ مَثَلُ الرَّيْحَانَةِ رَيحُهَا طَيِّبٌ
وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى لا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ لَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ
لِيْسَ لَهَا رِيحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ

Dari Abu Musa Al Ansari r.a. katanya :

Bersabda Rasulullah Shaalallahu Alaihi Wasallam. :

Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Al-quran seumpama uttrujah (sejenis buah seperti limau) baunya harum dan rasanya enak dan perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca Al-quran seumpama kurama tidak berbauh tetapi rasanya manis dan perumpamaan orang munafik yang membaca Al-quran seumpama kemangi bauhnya wangi tetapi rasanya pahit dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-quran seumpama handalah (sejenis tumbuhan liar yang menjalar) tidak berbauh dan rasanya pahit (Hadist shohih riwayat Muslim)

 Al-qur'an itu teman kita, Al-qur'an itu pengobat hati kita, Al-qur'an itu petunjuk kita, Al-qur'an itu Syafa'at kita, Al-qur'an itu rahmat kita, Al-qur'an itu penasihat kita, Al-qur'an itu makanan ilmu pada kehidupan kita, agar bisa terbimbing hati kita dan terbinanya akhlaq dengan baik dan sempurna pada kehidupan bersosial masyarakat. Bacalah Al-qur'an walaupun satu ayat setiap hari, semoga kelak Al-qura'an menjadi saksi dihari yang dinanti semua umat manusia dan sebagai amalan pemberikan syafa'at yang mulia di hari kiamat

Ada juga hadist yang lainnya menyebutkan tentang keutamaan Al-qur'an dan ini diriwayatkan dari pada Abdullah bin Amru r.a, sesungguhnya Rasulullah s.a.w bersabda:

"Puasa dan al-Quran akan memberi syafaat kepada seseorang hamba pada hari kiamat." (Hadis riwayat Imam Ahmad).

Pengajaran yang boleh diambil dari Hadis tersebut adalah:

1- Di antara kelebihan ibadat puasa ialah ia akan memberi syafaat kepada orang yang berpuasa pada hari kiamat kelak apabila umat Islam menunaikannya secara sempurna dengan meninggalkan makan, minum, hawa nafsu, bercakap dengan percakapan yang diharamkan, melihat kepada benda yang diharamkan dan mencari rezeki melalui cara diharamkan.

2- Kelebihan bacaan Al-Quran di mana ia akan memberi syafaat kepada orang yang membacanya pada hari kiamat kelak.

Semoga dapat diambil hikamah dan dapat menjalankan dengan sepenuh hati agar keihlasan pada pengamalan akan membentuk citra yang positif pada tindakan keseharian sehingga kerabat maupun orang yang baru dikenal dapatkan nilai positif dari pelajaran yang diterapkan pada keseharian.
Baca juga Adab Dan Shalat Tarawih Bagi Wanita


Read more

Adab Dan Shalat Tarawih Bagi Wanita

Adab Dan Shalat Tarawih Bagi Wanita - Ada seorang wanita shahabat Nabi Shalallaahu alaihiwasalam namanya Ummu beliau bercerita, Humaid ingin mengikuti shalat bersama Rasul Shalallaahu alaihi wasalam di masjid Nabi, maka Rasulullah memberikan jawaban yang begitu indah dan berkesan, yang artinya;
"Sungguh aku tahu, bahwa engkau senang shalat bersamaku, padahal shalatmu di dalam kamar lebih baik dari pada shalatmu di rumah, dan shalatmu di dalam rumah lebih baik dari pada shalatmu di masjid kampungmu, dan shalatmu di masjid kampung lebih baik daripada shalatmu di masjidku ini." (HR. Ibnu Khuzaimah, di dalam shahihnya).

Hadits di atas barangkali memiliki korelasi yang erat dengan hadits lain riwayat Imam at-Tirmidzi dan Ibnu Khuzaimah, dari Ibnu Mas'ud Radhiallaahu anhu dari Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda; "Sesungguhnya wanita adalah aurat, apabila dia keluar, maka syetan menghiasnya. Dan sedekat-dekatnya seorang wanita kepada Tuhannya adalah tatkala ia berada di bagian paling tersembunyi di rumahnya." 

Berdasarkan dua hadits di atas dapat diambil pengertian, bahwa pada dasarnya kondisi paling utama seorang wanita adalah tatkala berada di tempat yang paling tersembunyi, termasuk ketika melakukan shalat. Apabila seorang wanita ingin shalat berjama'ah -termasuk Tarawih-, maka hendaknya memilih tempat tersendiri khusus untuk para wanita. Kalau mengharuskan shalat di masjid yang biasa digunakan shalat oleh kaum pria, maka hendaknya memperhatikan adab-adab dan aturan ketika menuju ke sana. Karena tidak selayaknya seseorang ingin mencari pahala, namun dalam waktu bersamaan melakukan perbuatan yang dimurkai oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala. 


Di antara adab-adab yang perlu diperhatikan oleh seorang wanita ketika akan mendatangi masjid (khususnya shalat tarawih) adalah sebagai berikut: 

1. Ikhlas.

Hendaknya ketika berangkat ke masjid benar-benar ikhlas karena Allah. Bukan karena ingin bertemu dengan para wanita atau ibu-ibu yang lain, bukan karena ingin mendengarkan bacaan Imam, atau karena ikut-ikutan temannya. Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah Subhannahu wa Ta'ala, (lihat di dalam surat al-Bayyinah ayat 5). Dan juga sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam,"Barang siapa mendatangi masjid untuk tujuan tertentu, maka itulah yang menjadi bagiannya." (HR. Abu Daud) 

2. Meminta Izin Seorang wanita yang akan pergi ke masjid seharusnya meminta izin kepada ayah atau suaminya.

Berdasarkan hadits Nabi Shalallaahu alaihi wasalam dari Ibnu Umar Radhiallaahu anhu dia berkata, telah bersabda Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, “Janganlah kalian melarang wanita untuk mendatangi masjid, bila mereka minta izin kepada kalian." (Shahih Muslim) 

Di dalam riwayat yang Muslim yang lain disebutkan, "Apabila istri kalian meminta izin untuk pergi ke masjid, maka berilah mereka izin." Jika telah mendapatkan izin, silakan ke masjid, namun jika tidak diizinkan janganlah berangkat, karena taat terhadap suami lebih didahulukan daripada ibadah sunnah, demikian pula seorang putri jika tidak diizinkan ayahnya. Selayaknya seorang suami jangan melarang istrinya pergi ke masjid, bila telah meminta izin dengan baik-baik, kecuali jika ada kondisi yang tidak mengizinkan, seperti bahaya atau gangguan di jalanan. Namun para wanita juga harus menyadari, bahwa shalat mereka di rumah adalah lebih utama, dan juga keluarnya mereka ke tempat umum justru terkadang menimbulkan fitnah atau dosa. 

3. Berhijab/Menutup Aurat.

Jangan sampai pergi ke masjid dalam kondisi tabarruj, yakni berdandan dan seronok, sengaja memancing perhatian, berpakaian ketat serta menampakkan perhiasan atau auratnya, sebab sekali lagi harus diingat, bahwa jika wanita keluar rumah, maka syetan menghiasnya, sehingga kelihatan menggoda dan menarik. Tabarruj adalah salah satu sifat wanita-wanita jahiliyyah yang tercela sebagaimana firman Allah Subhannahu wa Ta'ala, “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu bertabarruj (berhias dan bertingkah laku) seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.” (QS al-Ahzab: 33) 

Syarat-syarat hijab adalah:

* Menutup seluruh tubuh 
* Tidak membentuk lekuk tubuh 
* Tidak pendek atau ketat 
* Tidak transparan 
* Bukan pakaian mewah untuk pamer 
* Tidak mengikuti mode wanita kafir 
* Tidak menyerupai pakaian laki laki dan 
* Tidak bercorak menyolok atau bergambar makhluk hidup. 

4. Tidak Memakai Parfum Parfum merupakan salah satu penyebab fitnah dan kerusakan, bila salah dalam mempergunakannya. 

Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam telah melarang wanita yang menggunakan minyak wangi untuk menghadiri shalat Isya', sebagaimana dalam hadits riwayat Imam Muslim. Bukan sekedar itu saja, bahkan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam memberikan peringatan lebih keras lagi dalam hal ini, sebagaimana sabda beliau Shalallaahu alaihi wasalam, "Wanita mana saja yang menggunakan parfum lalu keluar ke masjid, maka shalatnya tidak di terima sebelum dia mandi." (HR. Al-Baihaqi). 

Jika pergi ke masjid untuk beribadah tidak boleh menggunakan parfum, maka apalagi jika perginya adalah ke tempat-tempat umum selain masjid, tentu lebih tidak boleh lagi . Berdandan, menampakkan kecantikan dan menggunakan parfum untuk dipamerkan kepada laki-laki lain adalah kebiasaan para pelacur. Maka seorang wanita muslimah yang terhormat tidak boleh meniru-niru tingkah mereka, karena sangat beresiko dan dapat menjerumuskannya ke dalam maksiat. 

5. Tidak Berkhalwat.

Yakni tidak boleh jalan berduaan dengan laki-laki lain (bukan mahram) baik itu berjalan kaki maupun berduaan di dalam mobil, entah itu teman, tetangga atau sopir pribadi sekalipun. Berdasarkan kepada hadits nabi Shalallaahu alaihi wasalam, "Jangan sekali-kali seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita, kecuali wanita tersebut disertai mahramnya." (HR. Muslim dari Ibnu Abbas) Di dalam riwayat lain disebutkan, bahwa jika seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita, maka pihak ke tiganya adalah syetan. 

6. Merendahkan Suara Secara umum bukan hanya wanita saja yang diperintahkan untuk merendahkan suara dan tidak mengeraskannya, apalagi di dalam masjid. 

Allah Subhannahu wa Ta'ala telah berfirman, yang artinya, “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. 31:19) Dan bagi wanita, masalah ini lebih ditekankan lagi, sehingga wanita apabila mengingatkan imam yang lupa atau salah cukup dengan menepukkan telapak tangan kanan ke punggung tangan kiri, bukan bertasbih (mengucap subhanallah). Hendaknya wanita menjaga suaranya di hadapan kaum laki-laki, karena tidak seluruh laki-laki hatinya sehat, di antara mereka ada yang hatinya sakit, dalam arti mudah tergoda dengan suara wanita. Pembicaraan seorang wanita hanya dibolehkan di dalam hal-hal yang memang mengharuskan, seperti jual beli, memberikan persaksian, menjawab salam dan semisalnya. Ini pun harus diperhatikan, agar jangan sampai melembutkan suara, atau sengaja dibuat-buat supaya menarik. 

Allah Subhannahu wa Ta'ala telah berfirman, yang artinya, [“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertaqwa.Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara, sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya.” (QS. 33:32) Jika wanita-wanita suci semisal istri Nabi masih diperintahkan untuk demikian, maka selayaknya para muslimah juga mencontoh mereka. 

7. Menundukkan Pandangan Para wanita hendaknya menundukkan pandangan dari laki-laki lain yang bukan mahram.

Sebagaimana firman Allah Subhannahu wa Ta'ala, yang artinya, “Katakanlah kepada wanita yang beriman, "Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka.” (QS. An-Nuur: 31) Pandangan mata, sebagaimana dikatakan Ibnul Qayyim adalah cerminan hati, jika seorang hamba dapat menundukkan pandangannya, maka ia akan dapat menundukkan syahwat dan segala kemauannya. Sebaliknya jika pandangan dibiarkan dengan bebas dan leluasa, maka syahwat akan menguasainya. Jarir pernah bertanya kepada Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam tentang pandangan yang tidak disengaja, maka beliau menjawab, "Palingkanlah pandanganmu." (HR Ahmad) 

Dari Buraidah Radhiallaahu anhu, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam pernah berkata kepada Ali Radhiallaahu anhu, "Wahai Ali jangan kau susul pandangan (pertama) dengan pandangan yang lain, karena untukmu hanya yang pertama, dan selebihnya bukan buatmu." (HR. Ibnu Abdul Barr) 

8. Hindari Ikhtilath Jangan sampai terjadi ikhtilath (campur baur) laki-laki dan perempuan, baik ketika di jalan, ketika masuk masjid maupun ketika bubar dari masjid. 

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan al-Baihaqi, dengan sanad hasan dari Hamzah bin Usaid dari ayahnya, bahwa dia mendengar Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda sedang beliau berada di luar masjid, dan kaum pria saat itu bercampur dengan kaum wanita di jalan, maka beliau pun bersabda kepada para wanita, "Menepilah kalian, sesungguhnya kalian tidak ada hak di tengah jalan, hendaklah kalian semua berjalaan di tepian." (HR. Abu Daud dan Baihaqi). Maka seketika itu para wanita menepi ke tembok. 

9. Tidak Menelantarkan Anak-anak Termasuk tanggung jawab terbesar seorang wanita (ibu) adalah mendidik dan mengawasi anak, dan kelak dia akan ditanya oleh Allah tentang tanggung jawab ini. 

Apabila kepergian seorang wanita ke masjid dengan menelantarkan anak-anak, seperti menyerahkan kepada pembantu yang kurang baik akhlaknya, atau menjadikan anak pergi leluasa bergaul dengan teman-teman yang buruk, maka hal itu tidak dibenarkan. Karena mencegah sesuatu yang buruk (terlantarnya anak) lebih di dahulukan daripada mencari manfaat (tarawih di masjid). 

10. Menjaga Adab di Masjid Masjid adalah rumah Allah dan tempat yang sangat mulia, ketika seseorang akan memasukinya, maka harus memperhatikan dan manjaga adab-adab ketika berada di dalamnya. 

Di antara yang perlu diperhatikan adalah: 

* Menjaga kebersihan dan jangan sampai membuang kotoran di dalam masjid 
* Tidak mendatangi masjid ketika habis makan bawang (jengkol, petai semisalnya) 
* Tidak meludah di masjid, jika terpaksa hendaknya meludah di tissu, sapu tangan atau pakaian, dan jangan meludah ke arah kiblat. 
* Mengawasi anak-anak agar jangan merobek atau melempar-lempar mushhaf 
* Jangan memasukkan gambar-gambar makhluk bernyawa ke dalam masjid, baik berupa motif baju anak, mainan, majalah dan lain-lain.

Semoga dapat diperhatikan betul adab dan tatacara seorang muslimah masuk diarea masjid agar tidak menjadi kesenjangan islami yang telah ada aturannya sehingga akan tetap menjaga kesucian yang telah ada.
Read more

Tak Sekedar Lapar dan Haus


Tak Sekedar Lapar dan HausIbadah puasa memiliki kedudukan tersendiri di sisi Allah swt dan akan memberikan pahala yang berlipat ganda sesuai kualitas puasa yang dilakukan seorang hamba. Semakin tinggi kualitas puasanya, semakin banyak pula pahala yang didapatnya, yaitu puasa yang tidak hanya sekadar manahan lapar dan dahaga. Puasa merupakan ibadah yang sangat dicintai oleh Allah swt. 

Hal ini sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda;

"Setiap amalan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya. Satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah berkata, "Kecuali puasa, Aku yang akan membalas orang yang mengerjakannya, karena dia telah meninggalkan keinginan-keinginan hawa nafsu dan makannya karena Aku." (HR. Muslim).

Hadits di atas dengan jelas menunjukkan betapa tingginya nilai puasa dan Allah swt akan melipatgandakan pahalanya bukan sekadar 10 atau 700 kali lipat, namun akan dibalas sesuai dengan keinginan-Nya. Padahal kita tahu bahwa Allah Maha Pemurah, maka tentu Allah akan membalas pahala orang yang berpuasa dengan berlipat ganda.

Akan tetapi, bisa jadi ada orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar dan haus. Nabi saw pernah bersabda;

"Berapa banyak orang yang berpuasa, hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja, dan berapa banyak orang yang mendirikan ibadah di malam hari, tapi hanya mendapatkan begadang saja." (HR. Ahmad)



Dan di antara penyebabnya adalah:

1. Berpuasa Hanya Ikut-ikutan

Setiap Muslim harus membangun ibadah puasanya di atas iman kepada Allah swt dalam rangka mengharapkan ridha-Nya, bukan karena ingin dipuji atau sekadar ikut-ikutan keluarganya atau masyarakatnya yang sedang berpuasa. Rasulullah saw bersabda;

"Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah swt, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (Muttafaqun 'alaih).

2. Berpuasa Tapi Meninggalkan Shalat

Di antara umat Islam, ada yang begitu semangat mengerjakan ibadah puasa di bulan Ramadhan, akan tetapi mereka meninggalkan shalat. Ketika ditanya, "Mengapa Anda berpuasa tapi meninggalkan shalat?" Mereka menjawab, "Saya juga ingin dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang masuk surga melalui pintu Ar-Rayyan. Bukankah Rasulullah saw telah bersabda, "Sesungguhnya di surga terdapat pintu bernama ar-Rayyan, di mana orang-orang yang berpuasa masuk lewat pintu itu pada hari kiamat. Tidak ada seorang pun yang masuk dari situ selain mereka (orang yang berpuasa) dan jika mereka telah masuk, maka pintu itu ditutup." (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan bukankah antara Ramadhan dengan Ramadhan berikutnya adalah penghapus dosa-dosa?"
Yah, Rasulullah saw memang telah berkata demikian. Tapi mereka tidak mengetahui  atau pura-pura tidak tahu kelanjutan dari hadits ini.

"Antara Ramadhan ke Ramadhan berikutnya adalah penghapus dosa-dosa antara keduanya apabila dosa-dosa besar dijauhi." (HR. Muslim).

Jadi Rasulullah saw mempersyaratkan dijauhinya dosa-dosa besar. Sedangkan mereka justru meninggalkan shalat. Apakah mereka menganggap dosa meninggalkan shalat adalah dosa sepele? Para shahabat memandang orang yang meninggalkan shalat hukumnya kafir.

Rasulullah saw bersabda;

"Perjanjian antara kami dan mereka adalah shalat, barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir" (HR. Ahmad dan para penulis kitab Sunan).
Dan sebagaimana diketahui bahwa orang kafir tidak diterima amalannya.
Allah swt berfirman, (artinya):

"Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan." (QS. At-Taubah: 54).

Rasulullah saw bersabda;

"Sesungguhnya amalan yang paling pertama yang akan dihisab atas seorang hamba dari amalan-amalannya pada hari kiamat kelak adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, maka sungguh ia telah bahagia dan berhasil. Akan tetapi, jika shalatnya buruk, maka sungguh ia telah binasa dan merugi." (HR. Nasai)

Karena itu sudah sepantasnya seorang yang meninggalkan shalat menjadikan Ramadhan sebagai moment yang tepat baginya untuk bertaubat dan melaksanakan shalat secara kontinu baik di bulan yang suci ini maupun di bulan-bulan lainnya.

3. Melakukan Hal-hal atau Kegiatan-kegiatan yang Mengundang Syahwat

Seseorang yang berpuasa lalu mengeluarkan mani tanpa berhubungan badan baik lewat onani atau pun hal-hal lain yang memancing syahwatnya seperti menonton atau bacaan-bacaan porno maka puasanya pada hari itu batal dan diwajibkan atasnya untuk mengqadhanya (mengganti puasa yang batal tersebut) pada hari lain setelah Ramadhan.

Syaikh Shalih Al Utsaimin rahimahullah mengatak​an; bahwasanya seseorang yang bermimpi basah pada saat berpuasa maka tidak ada sanksi baginya, karena mani yang keluar bukan atas keinginannya, bahkan keluarnya mani tersebut tanpa ia sadari, sedangkan bagi yang sengaja mengeluarkan mani dengan onani, maka sesungguhnya ia berdosa besar kepada Allah swt, sehingga hal itu menyebabkan puasanya batal dan wajib baginya untuk mengqadha dan bertaubat dengan benar 

4. Tidak Menjaga Lidah

Seseorang yang sedang berpuasa hendaknya bersabar untuk menahan diri dan tidak membalas kejelekan yang ditujukan kepadanya. Rasulullah saw bersabda;

"Puasa adalah perisai, maka apabila salah seorang dari kalian sedang berpuasa, maka janganlah ia berkata kotor dan janganlah bertengkar dengan mengangkat suara. Jika dia dicela dan disakiti, maka katakanlah, 'saya sedang berpuasa'." (HR. Muslim).
Rasulullah saw juga telah bersabda; 

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan kata 'zuur' dan beramal dengannya maka tidak ada keperluan bagi Allah untuk memberinya ganjaran pahala terhadap makanan dan minuman yang ia tinggalkan (puasanya).” (HR. Bukhari dan Muslim).

Lalu apakah yang dimaksud dengan kata-kata zuur ?
Imam Ath-Thibi menjelaskan hadits ini, “Kata-kata zuur adalah kata-kata bohong dan dusta, yaitu barangsiapa yang tidak meninggalkan kata-kata yang batil baik ia berupa kata-kata yang mengandung kekufuran, saksi palsu, memfitnah, menceritakan kejelekan orang lain (ghibah), berdusta, menuduh, mencela, melaknat dan semisalnya dari perkataan-perkataan yang diwajibkan atas setiap orang untuk menjauhinya dan diharamkan baginya untuk melakukannya”.

Semoga manfaat yang dapat diambil bisa menjadi tuntunan yang islami dalam menjalankan ibadah puasa dan dijadikan sebagai muslim yang sejati sehingga dalam menjalankannya ada kemantapan hati dan berupaya agar menjadi lebih baik lagi.
Read more